Tuesday, April 7, 2015

Darah Pemberontak Itu

Kanjeng Pangeran
Kelahiranmu ditandai oleh sebuah ramalan akan adanya kerusakan yang kau timbulkan,
yang lebih hebat bagi musuh dari pada yang pernah terjadi sebelumnya.
Masa kanak-kanakmu tak pernah lepas dari puluhan kitab dan olah kanuragan
yang akan membawamu pada suatu kehidupan sebagai seorang pendekar,
cerdas yang pemberani
Masa remajamu penuh pengembaraan dari satu surau ke surau lain, 
dari satu goa ke goa lain, 
dari satu tempat sepi ke tempat sepi lain, 
dari satu perenungan ke perenungan lain, 
dari satu pertapaan ke pertapaan lain ,
yang akan membawamu pada kehidupan seorang sufi.
Masa dewasamu penuh dengan perjuangan dari satu hutan ke hutan lain, 
dari satu desa ke desa lain, 
dari satu medan perang ke medan perang lain
yang akan membawamu pada suatu kehidupan seorang pejuang.
Masa tuamu penuh dengan penderitaan 
dari satu penjara ke penjara lain, 
dari satu kota ke kota lain, 
dari satu pengasingan ke pengasingan lain, 
dari satu derita ke derita lain 
yang akan membawamu pada masa tua yang penuh dengan kesepian.
KanjengPangeran
Penyerbuan memaksamu tinggalkan segala harta benda, 
gelar, 
jabatan dan segala harta dunia menuju perjuangan, 
menuju peperangan, 
menuju luka-luka, 
menuju tipu daya, 
menuju penangkapanmu yang penuh dengan muslihat, 
menuju pembuangan nun jauh dari tanah leluhurmu.
KanjengPangeran
Engkautinggalkan kami para anak cucu
Engkau tinggalkan kami para laskar-laskar setiamu
Engkau tinggalkan kami dalam kesendirian
Engkau tinggalkan kami dalam hutan
Engkau tinggalkan kami menjadi manusia-manusia buruan
Engkau tinggalkan kami menjadi manusia-manusia buangan

Kanjeng Pangeran
Medan perangmu telah dikuasai musuh yang telah masuk melaui setapak-setapak hutan
Medan perangmu telah disekat dengan jalan-jalan pedati pembawa meriam
Medan perangmu telah dikepung puluhan beteng yang memisahkan batalyon-batalyonmu
Medan perangmu telah disusupi ratusan mata-mata penghianat bangsa yang mencarisisa-sisa laskarmu,
mencari sisa-sisa anak-anakmu,
mencari sisa-sisa cucu-cucumu, 
mencari sisa-sisa keturunanmu.
Tapi lihatlah Kanjeng Pangeran
Putra-putramu,cucu-cucumu, terus melakukan perlawanan dengan perang, 
dengan kraman, 
dengan perjuangan tak kenal lelah
Lihatlah mereka meski harus berlindung di bawah daun-daun penyamaran, 
meski harus berlindung di bawah sandi-sandi komunikasi, 
meski harus berlindung di bawah bayang-bayang gelapnya alam.
Lihatlah mereka yang terus terjepit dan semakin masuk ke dalam sepinya hutan, 
lihatlah mereka yang harus tertangkap dan hidup dalam pembuangan, 
lihatlah mereka yang harus hidup dalam penitipan, 
dan lihatlah mereka ada yang mati dalam peperangan.

Kanjeng Pangeran
Putra-putramulalu bukan lagi menyandang gelar putra pangeran tapi pelan-pelan bergeser dengan gelar anak pemberontak. 
Mereka disidangkan, 
mereka diasingkan, 
mereka dibuang,
bahkan tewas dalam perjuangan.
Cucu-cucumu semakin tenggelam di bawah daun-daun penyamaran, 
semakin dalambersembunyi dalam sandi-sandi lalu semakin terpisah dan terpecah.
Lalu mereka kubur dalam-dalam namamu dalam hati wahai Kanjeng Pangeran, 
mereka simpan dan mereka pendam,
agar musuh-musuh itu tidak melihat penyamaran para putra dan cucu-cucumu. 

Kanjeng Pangeran
Tetes darahmu masih mengalir di tubuhku
Ya..... setetas darahmu masih ada dan mengalir kencang di dalam tubuhku,
setetes darah yang menjadi pemacu kehidupanku,
Bukan darah biru kanjeng pangeran...... 
tetapi darah merah semerah keberanianmu mengangkat pedang perjuangan
Bukan darah biru Pangeran ......  
tetapi darah putih seputih ketulusanmu membela harga diri sebagai sebuah bangsa
Bukan darah biru Pangeran ...... 
tetapi darah hitam sehitam darahmu yang mengering di atas luka-lukamu
Di tubuhku  mengalir darah pemberontakmu Kanjeng Pangeran.

No comments:

Post a Comment